KeABaD!An C!nTA
Andai kau dapat melihat hatiku
Andai saja kau dapat membaca fikiranku
Betapa ruang jiwaku penuh bayangan dirimu,
Menghiasi hari-hariku
Senyum dan suaramu teduhkan jiwaku
Cintailah aku dengan kesungguhanmu
Andai hatimu penjara,
Biar pun aku rela dipenjara seumur hidupku di dalam hatimu…
Ini adalah cinta tanpa syarat….
Aku begitu menyintaimu…
Cintaku bukan ibarat kertas…
Cintaku adalah bara yang sentiasa menyala dan semakin marak
ditiup kerinduan padamu….
By:
Ayue Peduliesekabat
&
Pahijoy Beng
Adakah
yang membiarkanku seperti ini…???.
Adakah
yang membuatku merasa lebih berharga????
Senin, 12 Agustus
2011
Hari
yang terik ini seakan-akan mencekikkan panasnya di atas kepalaku. Aku terdiam
sejenak ketika seorang pemuda berparas tampan berjalan di hadapanku. Aku
melamun seketika. Mengingat-ingat sepertinya aku pernah melihatnya atau mungkin
aku pernah mengenalnya, tapi dimana aku mengenal dirinya itu, tapi kapan aku
pernah melihatnya sebelum sekarang ini. Dalam hati aku selalu bertanya-tanya
mungkin…mungkin…dan mungkin…
Kapan
pertanyaan itu akan segera terjawab?
Pertanyaan
yang kadang kala membuatku bimbang, gelisah nggak karuan. Sembari aku meneruskan
langkah kecilku. Dihadapanku ada sebuah benda yang tergeletak tak berpenghuni.
Kucoba untuk mengambilnya. Kupegang dengan kedua tanganku dengan tujuan benda
tersebut tidak lolos dari peganganku. Benda berwarna hijau lumut, berbentuk
persegi kecil mungil, bertekstur abstrak dibagian luarnya bertuliskan
Triyani
yang mungil yang pernah kukenal kini sekarang dimana? Aku berharap ketidak
sengajaan membuat aku bertemu dengannya. Karena aku menantikan saat-saat
bersama dengannya seperti dahulu ketika sebelum aku memutuskan untuk merantau.
Aku merindukannya, sungguh aku rindu kepadanya.
Rama,
Aku tersentak kaget, setelah membaca
tulisan lirih ungkapan si pemilik benda familier
itu. Triyani…??? Nama itu sama persis dengan nama panggilanku atau
jangan-jangan memang bener yang dimaksud adalah namaku. Lalu dalam hati aku
bertanya balik….siapa gerangan pemilik benda bertekstur abstrak ini ????.
“Haruskah aku menggembar-gemborkan
suaraku di jalanan ini hanya untuk mengetahui siapa pemilik benda tersebut.
Rasanya tiada mungkin. Aku seorang pelajar yang tentunya berpendidikan harus
meneriakkan suaraku di jalanan seperti orang gila. Lantas apa yang harus aku
lakukan selanjutnya. Aku tidak mungkin berdiam diri dibalik rasa penasaranku.”
Setiap
harinya aku selalu memikirkan hal yang sama terus. Dan tiada bosan-bosannya
pikiran itu bergelantungan di benakku.
Kamis, 15 Agustus
2011
Aku
duduk sejenak di pinggir Jl. Raya Bung Tomo, jalan favoritku. Di bawah pohon
cemara rindang berselimutkan dedaunan rimbun warna hijau pudar beranting
sedikit rapuh, aku lagi-lagi meneteskan air mata. Tetesan demi tetesan jatuh
dari pelupuk mata mengenai pipiku.
“Aku
tidak tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini, mengapa hatiku selalu gelisah.
Akankah si pemilik benda ini, jodohku. Lantas siapa pemiliknya? “ tanyaku dalam
hati (sambil kupandangi benda bertuliskan nama mirip dengan namaku itu).
Langkah
demi langkah kuhentakkan kaki tak berdaya ini. Kutenteng sebuah tas abu-abu
dipundak kananku. Tas bertuliskan made in bali ini selalu menemani setiap
langkahku. Hadiah dari ibu ketika usiaku ke 17 (sweet seventeen). “ Dan kini usiaku tiada remaja lagi, sekarang
aku harus mampu menjadi lebih dewasa lagi dengan usiaku yang hampir 19 tahun
ini. Oh, Tuhan semoga aku mampu menjadi apa yang mereka inginkan. “ do’a ku
dalam hati.
“Aku
harus mampu menemukan siapa pemilik benda ini. Harus !!! “ obsesiku.
Rasanya
setiap langkahku, sepertinya aku diamati oleh orang. Apa mungkin tingkahku
terlihat aneh yang selalu memandangi benda ini sampai-sampai aku tiada
memperhatikan sekelilingku, atau mungkin mereka merasa tertarik dengan tasku
atau bahkan.. tertarik pada diriku. Huuuaahhhh… Semua itu jawaban-jawaban aneh
yang tiada mungkin kebenarannya dimata orang-orang. Paling–paling mereka
menganggap diriku sebagai orang aneh yang tak punya tujuan pasti soalnya apa,
sepertinya diwaktu yang sama aku selalu megarungi jalanan itu.
“Ahhh…
tapi biarin saja masa bodoh dengan mereka, kaki.. kakiku sendiri, hidup..
hidupku sendiri kenapa aku harus bingung dengan omongan mereka yang tiada
artinya itu. Tak anggap saja sebagai angin lalu. “ gumamku.
Malam
harinya, disaat aku ingin merebahkan tubuhku tiba-tiba aku tersentak kaget.
Benda itu,,, ya benda itu... sekarang aku ingat. Kalau tidak salah benda ini
pernah dibawa pemuda berparas tampan yang berpapasan denganku dulu ketika aku
lewat Jl. Thamrin.
“Aduhh…
oon banget sih aku, kenapa aku tidak terpikir sampai sana, kenapa…??? Pokoknya besok
aku harus mencarinya dan aku harus ketemu dengannya.. Harus !!!”
Aku memutuskan untuk berpindah jalan favorit.
Sekarang bukan Jl. Bung Tomo lagi jalan favoritku tapi, Jl. Thamrin lah
favoritku sekarang. Dengan perasaan was-was ditambah lagi deg-degan aku mencoba
melangkahkan kakiku pagi ini. Style kemeja ungu dengan bawahan jeans hitam,
bertentengkan tas abu-abu itulan style pakaiaan yang aku kenakan ketika aku
melewati jalan ini dan bertemu tidak sengaja berpapasan dengan pemuda itu. Dan
untuk kedua kalinya, aku mengenakan styke saperti itu lagi, agar dia nantinya
kalau lewat sini mengenaliku.
“Duhhh,
rasanya aku tiada kuasa dengan perasaan ini, kenapa aku deg-degan belum tentu
pula dia pemiliknya. Tapi, fellingku berkata kalau ini miliknya… fellingku kuat
sekali hari ini. Semoga itu bukan hanya sekadar felling saja tetapi, felling yang benar-benar felling. Uuuuhhhh ……”
Itu
dia, pemuda yang aku cari. Tiba-tiba aku gengsi untuk menghampirinya. Masak
cewek yang harus menghampirinya. Seharusnya dia yang menghampiriku, dia kan
cowok. Tapi setelah tak pikir-pikir, kan aku yang punya kebutuhan sama dia. Kan
aku yang ingin mencari tahu siapa pemilik benda ini. Jadi, seharusnya memang
benar aku yang harus menghampirinya, bukannya dia. Tak berpikir lama, aku
langsung saja berjalan dengan PD-nya menuju dia. Sekalipun harga diriku
dipertaruhkan saat itu, tapi apa boleh buat harus aku coba terlebih dahulu.
“Eemm,..
permisi Mas, boleh saya duduk disini sebentar? “tanya ku basa-basi.
“Oh,
ya silakan…” jawabnya dengan senyum.
“Apakah
kemarin Anda kehilangan sebuah benda? “
“Benda
apa ya ?”
“Ini
bendanya, mungkin saja ketika Anda kemarin lewat sini, terus benda ini jatuh dari
tas Anda, lalu saya ambil dan sekarang saya kembalikan. “ jawabku sambil
menyerahkan benda itu.
“Tapi
maaf ya sepertinya saya tidak pernah memiliki benda ini. “ jawabnya.
“Lalu,
siapa pemiliknya kalau bukan Anda? “ tanyaku lagi bimbang.
Disaat
aku dengan pemuda yang aku temui itu asik berbincang, tiba-tiba aku terkejutkan
oleh sosok seorang pemuda yang wajahnya benar-benar mirip sekali dengan orang
yang aku ajak ngobrol ini. Sesekali aku menoleh kearah orang yang aku ajak
ngobrol. Aku tambah bingung. Hatiku bertanya-tanya. Orang yang aku ajak ngobrol
tersenyum melihatku.
Dia
menjelaskan, “ Dia itu kembaranku, dan mungkin saja Rama lah yang punya benda
ini.”
“Sungguh,,…?
“ tanyaku.
Sosok
pemuda yang mempunyai nama Rama datang menghampiri kami.
“Ram,
ayo pulang. “ ajak si Rama.
“Nanti
sajalah, aku lagi asik berbincang-bincang dengan seorang gadis, sini gabung
sama kami.” ajaknya.
“Pasti
kamu bingung ya, kenapa si Rama tadi manggil aku Ram…?” tanya si pemuda itu
kepadaku.
Aku
menjawab hanya dengan anggukan saja. Karena semuanya terasa sangat aneh dan
kebetulan. Lama-lama aku menjadi semakin bingung dengan apa yang sedang aku
hadapi sekarang ini.
“Jadi,
namaku yang sebenarnya itu Ramon, makanya dia memanggilku dengan sebutan Ram,
dan kamu tidak usah bingung lagi.”jelasnya.
Aku
sekarang sudah sedikit demi sedikit tahu. Aku merasa tersipu-sipu ketika dia
bersedia menerima ajakan saudara kembarnya itu. Tak terduga dia duduk
disampingku persis dengan posisi agak serong,sambil menyodorkan tangan kananny
sembari ingin berkenalan dengan diriku. Sambil senyum, aku pun memberikan
tanganku untuknya sambil menyebut nama.
“Salam
kenal, aku Triyani… “ ungkapku dengan senyuman.
“
Hah,Triyani ‘o’….” ucap Rama terkejut.
“Kenapa
terkejut seperti itu ketika mendengar namaku ? Apakah ada yang salah ? “ tanyaku.
“Oh,
tidak jangan-jangan…..” ucapnya (memandang wajahku penuh tanya).
Aku
ingat akan benda itu. Lalu, aku dengan sergap mengambilnya dari tangan Ramon.
“Maaf,
tadi benar nama Anda Rama..? Ini,
mungkin benda Anda yang jatuh kemarin lusa ketika lewat jalan ini. Soalnya ada
nama Anda disini.” (seraya menyerahkan benda itu).
“Iya,
ini benar punyaku. Terima kasih telah menemukannya. “ucap Rama.
Setelah
benda itu kuberikan kepada Rama, aku langsung beranjak dari tempat dudukku.
Akan tetapi, ketika aku hendak melangkahkan kaki ini, Rama memanggilku dan
seraya memegang tanganku. Aku menoleh kearahnya seketika.
“Triyani,…
“ panggilnya.
“Iya,
ada apa Rama ?” jawabku.
“Mungkin
kamu telah dulu membaca tulisan pada benda ini, tentunya kamu sudah baca nama
seorang gadis yang selama ini aku rindukan. Apa mungkin gadis yang aku rindukan
selama ini adalah kamu, Triyani namamu…?” ujar Rama.
Aku
bingung harus menjawab apa, karena dalam hatiku juga yakin kalau Rama ini
adalah orang selalu mengisi hari-hari semasa kecil. Setelah sama-sama merantau
ke kota lain, jadinya aku dan dia
berpisah. Dan aku sama sekali lupa dengan wajahnya. Karena sudah belasan tahun
tidak ber sua dengannya. Sedangkan nama yang aku kenal semasa kecilnya adalah
Ucrit, karena rambutnya yang sedikit dan keriting dulunya. Dan bahkan aku sama
sekali tidak pernah mengetahui nama aslinya sekalipun dia orang yang special
dimasa kecilku.
Rama
memandang ku seperti orang yang sudah lama kenal. Dia melihat lengan kiri ku,
dan dia terkejut melihat tanda lahir yang berbentuk love.
“Tidak
mungkin, ini semua tidak mungkin…” ujarnya.
Sekarang
aku sudah menemukan impianku, gadis pujaan masa kecilku dulu. “Ramon sekarang
aku bertemu dengannya. “ katanya.
Rama
mengelus pipiku penuh kehangatan, aku merasa nyaman dengan belaian itu. Rasanya
memang benar dia Ucrit teman hatiku semasa kecil.
“Ucrit,
benarkah itu kamu..?” tanyaku seketika.
“Ternyata
kamu masih ingat dengan nama itu Cantik,..” rayunya.
Hatiku
berbunga-bunga mendengar katanya. Dulu Ucrit ku tidak pandai merayu, tapi
sekarang benar-benar sudah berubah dengan drastis. Aku memegang tangannya yang
mengelus pipiku.
“Ucrit
ku.. aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi seperti sekarang ini, aku
sangat merindukanmu. “ ucapku.
“
Iya Cantik, aku juga sangat merindukanmu, Triyani kecilku sekarang sudah
menjadi besar seperti sekarang ini. Kamu kelihatan tambah cantik, lebih dewasa.
Tapi, apa yang Dikau lakukan disini ?” tanya nya padaku.
“Aku
kesini, menuntut ilmu dan bukannya Kamu dulu pernah bilang sama aku mau pergi
ke Jakarta tapi, kenapa ada di sini?” tanyaku semakin penasaran.
“Dulunya
aku ke Jakarta, tapi berhubung perusahaan tempat aku mengabdi gulung tikar,
jadinya sekarang aku pindah ke Semarang. “ jawabnya.
Aku
dan Rama saling memandang. Aku sangat terharu dengan kejadian ini. Pertanyaanku
sudah terjawab, setelah sekian lama aku mencari jawabannya.
Setelah kejadian itu,
kami berdua saling memadu cinta. Sejak kecil memang kami sudah ada rasa cinta.
Memang menjadi suatu kebenaran, yang namanya cinta sejati akan tetap abadi
untuk selamanya sekalipun kedua insan yang sedang dipadu cinta itu terpisahkan
oleh waktu, jarak dan momen tentunya. Tapi yakinlah bahwa cinta sejati akan
selamanya bersatu. TAMAT !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar